KIsah Bung Tomo Dipenjara Karena Mengkritik Taman Mini Oleh Soeharto

Jakarta - "Merdeka atoe mati !!!" menjadi semboyan yang terus terngiang-ngiang di kepala arek-arek Suroboyo tatkala digaungkan oleh pemuda gondrong bernama Bung Tomo. Saat itu teriakan lantangnya, memacu semangat para pejuang di kota pahlawan menjelang pertempuran 10 November 1945.

Namun siapa sangka, di balik sosoknya yang disegani karena keberaniannya melawan penjajah itu ternyata ada cerita kelam. Ia pernah dipenjarakan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1978.

Menurut kabar yang beredar, ia dianggap subversif karena sempat menyinggung Taman Mini yang saat itu tengah digaungkan sebagai 'ikon baru' negara, oleh istri Soeharto, Siti Hartinah.

"Bu Tien dan Pak Soeharto sepertinya tersinggung dan menangkap Bung Tomo,"kata Sulistina, istri Bung Tomo, sebagaimana dimuat di laman ikpni.or.id, yang dilansir Minggu (26/12).

Mengkritik TMII di Setiap Pidatonya

Bermula saat Siti Hartinah, istri Soeharto, sedang sibuk merancang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Ketika itu Ibu Tien (panggilannya), meminta keuntungan sebesar 10 persen dari tiap-tiap pengusaha di masa itu.

Bung Tomo yang mendengar kabar tersebut lantas kerap menyinggung Taman Mini di setiap pidatonya, hingga ditangkap oleh rezim orde baru pada 11 April 1978.

Sayangnya, pahlawan nasional itu langsung dipenjara tanpa proses pengadilan di Penjara Nirbaya, Pondok Gede. Selain Bung Tomo, dipenjarakan juga, pakar hukum tata negara Ismail Sunny yang dianggap tak professional orde baru.

Sebab-sebab Lain Ditangkapnya Bung Tomo

Penangkapan Bung Tomo bukan hanya soal TMII. Sebelumnya, ia disebut mengritik keras peran asisten pribadi (Ali Moertopo dan Sudjono Humardani) dan keluarga Presiden Soeharto, termasuk praktek cukong sebagai realisasi nepotisme.

Sebelumnya, jelang hari Pahlawan 1972, Majalah Panji Masyarakat No 855 Tahun XIII sempat memuat wawancara Bung Tomo dengan judul "Bung Tomo Menggugat: Pengorbanan Pahlawan Kemerdekaan dan Semangat 10 November 1945 telah dikhianati."

Artikel dengan gamblang berisi kritikan sang orator ulung kepada Presiden Soeharto, Gubernur Ali Sadikin, dan Bulog yang seolah-olah meng-anak-emaskan etnis Tionghoa.

Mendekam Selama Satu Tahun

Gara-gara TMII, Bung Tomo harus mendekam di dalam tahanan selama satu tahun, dari 1978-1979. Sulistina tentu saja tidak terima sang suami diperlakukan secara tidak adil oleh rezim Soeharto.

Perempuan yang pada saat perang kemerdekaan itu ikut aktif dalam Palang Merah Indonesia (PMI) sempat marah dan mengirim surat protes kepada Soeharto.

Dalam surat yang ditulis pada 6 Juli 1978 itu, Sulistina mempertanyakan jasa Bung Tomo dan orang-orang yang sudah mempertaruhkan nyawanya untuk merebut kemerdekaan negara. Sulitina menekankan, bahwa laku lampah suaminya itu tidak mungkin mengkhianati bangsanya sendiri.

Seperti diketahui, Bung Tomo memang telah berjuang mati-matian untuk Indonesia. Di samping terlibat langsung, pekikan pidatonya senantiasa menggambarkan kemarahannya ketika negara direbut penjajah.

Khasnya, ia selalu mengakhiri pidato dengan kata gahar "Allahu Akbar" dan disiarkan di radio-radio pada masa itu.

"Nyatanya, tuduhan yang ditujukan kepada Bung Tomo dengan memenjara selama setahun tidak terbukti," beber wanita yang berpulang pada 31/08/2016 itu.

Masa Akhir Hayatnya

Sekeluarnya dari penjara, Bung Tomo langsung menunjukkan rasa cintanya pada Sulistina. Bahkan menurutnya, ia langsung dipeluk dan digendong di depan umum di kantor kejaksaan.

Dalam buku "Romantisme Bung Tomo: Kumpulan Surat dan Dokumen Pribadi Pejuang Revolusi Kemerdekaan (2006 )" sosok kelahiran 3 Oktober 1920 itu menganggap penangkapannya sebagai risiko perjuangan.

Risiko seorang Angkatan 45 yang ingin membela nama baik Angkatan 45-nya, dan ingin membela nama baik TNI yang ia ikut mendirikannya. Ia tidak mendendam.

"Untuk semua itu, untuk Tanah Air tiada pengorbanan yang terlalu besar. Itulah pendirian saya,"kata Bung Tomo di buku itu.

Kepada Pangkopkamtib Laksamana Sudomo dan Jaksa Agung Ali Said, Bung Tomo pernah menulis surat terkait penahanannya. Ia berjanji bila sudah keluar dari tempat dirinya ditahan, baik bila dibebaskan sama sekali atau dalam condition 'tahanan luar',

"Saya tidak akan berbicara lagi mengenai hal-hal yang sensitif dan dapat mengeruhkan suasana (misalnya perihal Presiden RI) sekarang ini,"lanjutnya.

Sekeluarnya dari penjara setahun kemudian, Bung Tomo lebih mencurahkan perhatiannya untuk merawat dan mendidik keempat anaknya. Pada 7 Oktober 1981 Bung Tomo meninggal dunia saat tengah menunaikan ibadah haji di Padang Arafah, Arab Saudi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengetahui Kisah Hilangnya Bom Atomk Mark IV Ssat Kecelakaan Pertama Pesawat Nuklir

Mengenal Tarian Reed Atau Umhlanga Raja Zulu, Sebuah Tradisi Tes Keperawanan Ratusan Gadis Menari Telanjang Dada

Mengenal Ritual Andingingi Dari Sulawesi, Sebuah Tradisi Yang Menggambarkan Keselarasan Suku Suku Kajang Dengan Alam