Kesenian Kuda Kosong, Sebuah Tradisi Dari Cianjur Yang mengajarkan Kerendahan Hati
Jakarta - Sebagai salah satu warisan leluhur, kesenian Kuda Kosong asal Kabupaten
Cianjur Jawa Barat memiliki berbagai makna yang patut untuk diteladani.
Keteladanan itu bisa ditilik dari setiap unsur di pertunjukannya,
termasuk dari sisi sejarah di mana tradisi Kuda Kosong dimulai.
Melansir laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Kamis (19/08), konon dalam
sejarahnya, tradisi Kuda Kosong berkaitan dengan sisi kerendahan hati
dari leluhur Sunda di Cianjur saat diberikan hadiah kuda oleh Raja
Mataram yang saat itu berkuasa di Tatar Pasundan. Berikut kisah
lengkapnya.
Bermula dari Berdirinya Daerah Cianjur
Kelahiran Kuda Kosong turut menandai berdirinya wilayah Cianjur, Jawa
Barat. Saat itu pemimpin tertinggi di Cianjur Raden Kanjeng Aria
Wiratanudatar mendapat panggilan dari Raja Mataram untuk memberikan
upeti, sebagai tanda berdirinya wilayah baru di tanah Sunda.
Sebagai pemimpin tertinggi di daerah tersebut, Raden Kanjeng Aria
Wiratanudatar (Dalem Cianjur) mengutus adiknya bernama Aria
Natadimanggala untuk menyerahkan persembahan berupa 3 butir padi, 3
butir pedes (lada) dan 3 buah cabe rawit.
Upeti yang terbilang sedikit itu justru dimaklumi oleh Raja Mataram,
bahkan saat hendak kembali ke Cianjur Aria Natadimanggala diberikan tiga
buah balasan berupa seekor kuda, sebilah keris dan pohon saparantu
(kemenyan).
Bermakna Kerendahan Hati
Merasa mendapat amanah dengan segala kerendahan hatinya, Aria
Natadimanggala berupaya menjaga hadiah tersebut hingga enggan untuk
menaikinya karena merasa hadiah tersebut untuk sang kakak yang begitu ia
hormati.
Sesampainya di Cianjur, kuda tersebut diarak mengelilingi kota Cianjur dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat di sana.
Turut disebutkan, penamaan istilah Kuda Kosong sendiri berawal pada saat
Aria Natadimanggala membawa dari Mataram ke Cianjur dengan tidak
ditunggangi maka kuda tersebut akhirnya disebut sebagai Kuda Kosong.
Selain itu, sisi kerendahan hati lainnya juga ditampakkan oleh Raja
Mataram yang merasa memahami keadaan Cianjur yang baru dibangun hingga
dengan senang hati menerima upeti yang sedikit itu, dan membalasnya
dengan bantuan kuda, keris dan pohon saparantu yang lebih besar.
Dilaksanakan Satu Tahun Sekali
Kuda Kosong sendiri merupakan salah satu kesenian asli Kabupaten Cianjur
yang diadakan setiap satu tahun sekali, di hari jadi kabupaten pada 12
Juli atau pada 17 Agustus saat kemerdekaan Republik Indonesia.
Sisi kerendahan hati lainnya juga tampak di saat pelaksanaannya. Di mana
ketika itu kuda yang diikutsertakan akan dipakaikan kain berwarna
hijau, dengan diarak keliling kota sembari seolah-olah kuda tersebut
memberi hormat ke warga yang menonton.
Konon turut disebutkan, kuda tersebut sedang dipengaruhi oleh
Suryakencana merupakan anak dari hasil pernikahan Raden Aria
Wiratanudatar dengan jin.
Upacara Kuda Kosong Khas Cianjur
Adapun dalam pelaksanaannya dibutuhkan sejumlah peralatan dan
perlengkapan seperti penutup badan kuda, aksesoris kepala dan kaki,
serta bunga wana-warni. Selain itu, turut digunakan payung untuk
memayungi Bupati Cianjur dan memayungi kuda, pakaian penuntun kuda, dan
perlengkapan para prajurit yang membawa upeti berupa keris dan pohon
saparantu.
Tahapan pelaksanaan pawai Kuda Kosong didahului dengan memandikan kuda
menggunakan air yang berasal dari mata air Cikundul agar kuda bersih dan
siap diarak keliling kota. Kemudian dilanjutkan dengan berdoa agar
pawai helaran Kuda Kosong keesokan harinya berjalan lancar.
Berikutnya di hari pelaksanaan, juga diadakan tawasul yaitu berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa melalui perantara dan sebuah dupa untuk
wewangian. Upacara ini diharapkan bisa menjadi pengingat bagi jasa-jasa
para pendahulu mereka serta mengambil nilai-nilai positif (kerendahan
hati) yang telah diajarkan secara turun menurun.
Komentar
Posting Komentar